Seluruh gerai Giant ditutup permanen per hari ini, Ahad, 1 Agustus 2021. Hal tersebut disampaikan oleh Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk. Diky Risbianto ketika dihubungi kemarin.
Penutupan gerai secara permanen ini sesuai dengan yang disampaikan manajamen sebelumnya. “Bahwa seluruh Gerai Giant akan berhenti beroperasi pada akhir Juli 2021,” kata Diky saat dihubungi Sabtu, 31 Juli 2021.
Lalu seperti apa kinerja keuangan emiten PT Hero Supermarket Tbk. berkode saham HERO tersebut?
Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan semester pertama tahun 2021 yang tidak diaudit dan dilaporkan ke otoritas Bursa Efek Indonesia pada Kamis lalu, diketahui perusahaan masih mencatat kerugian yang cukup besar.
Hingga paruh pertama tahun ini, perusahaan masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp 551 miliar, dengan biaya restrukturisasi non-recurring sebesar Rp537 miliar yang timbul akibat restrukturisasi bisnis Giant. Kerugian bersih itu naik dibanding periode serupa tahun lalu sebesar Rp 202 miliar.
Perseroan mencatat pendapatan bersih pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 3,67 triliun, atau turun 26 persen dibanding tahun lalu Rp 4,96 triliun. Sedangkan laba kotor perusahaan mencapai Rp 1,03 triliun, turun 20 persen ketimbang tahun lalu Rp 1,28 triliun.
“Kinerja keuangan underlying bisnis ritel Groseri PT Hero pada semester pertama terus terkena dampak negatif dikarenakan pandemi maupun restrukturisasi yang telah diumumkan,” ujar Presiden Direktur Hero Supermarket, Patrik Lindvall, seperti dikutip dari keterangan yang disampaikan ke BEI, Kamis, 29 Juli 2021.
Patrik menjelaskan, tantangan yang cukup signifikan sepanjang semester satu tahun ini akibat pandemi terutama disebabkan oleh Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan adanya pola belanja pelanggan.
Oleh karena itu, setelah melakukan tinjauan strategi bisnis yang mendalam, pada bulan Mei lalu Perseroan mengumumkan bahwa akan mengubah pendekatan perdagangannya dengan meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian dan Hero Supermarket serta beralih dari merek Giant.
Perubahan strategi ini merupakan respons yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah, terutama mengingat pola belanja pelanggan Indonesia yang menjauh dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, serta dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Perseroan juga terus membahas dengan pihak ketiga sehubungan dengan divestasi sejumlah toko dan properti yang dimiliki yang diharapkan transaksi tersebut dapat selesai pada kuartal ketiga. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aset diharapkan bakal mendorong pertumbuhan Hero Supermarket di masa depan.
Di tahun 2021 yang akan tetap penuh tantangan ini, manajemen Hero Supermarket tetap optimistis bisnis retail masih akan prospektif dan yakin posisinya sebagai peretail kompetitif masih bakal solid dalam jangka panjang. “Total penjualan IKEA tumbuh terutama karena pembukaan toko ketiga IKEA Indonesia di Bandung pada kuartal pertama,” ujar Patrik.